Prolog 🎭
Suatu hari di gangan yang tak sempit dan tidak terlalu besar di sudut jakarta.
Ada pemuda berambut gondrong sebahu seperti gaya salah satu iklan mie sedap Chiko Jericho, yang membawa kantung keresek berisi alat lukis dia berjalan mengenakan jaket denim dengan kaos putih polos sebagai dalamannya,
Dia bertemu dengan kinan anak laki-laki, sahabatnya yang sedang duduk di bibir gangan tak jauh dari rumahnya. “Dari mana lu ? Tumben gak bawa motor ?” sahut kinan, pemuda itu langsung duduk di sampingnya “Biasa beli mainan ke sukaan” kata pemuda itu dengan sedikit senyum.
Kinan sudah tau apa yang di maksud pemuda itu mainan ke sukaan, yang berati gak jauh-jauh dari alat lukis.
Langit setiawan wijaksana adalah seorang pemuda yang bisa di bilang sebagai seniman, walaupun dia bekerja sebagai abk (anak buah kapal ) di salah satu perusahaan di pelabuhan.
Dengan tinggi badan ideal dan berkulit putih bersih dia memiliki hobi melukis. Team bola kesukaannya Acmilan dan sangat jago sekali dalam bermain alat musik terutama gitar, band kesukaannya nidji kalo gitaran sama dia, bakal di nyanyiin full satu album nidji.
Paling peduli sama teman, gak itung-itungan. Langit juga orangnya biasa-biasa aja gak neko-neko.
Suatu hari kinan dan langit pergi untuk lari pagi, di salah satu Gor (gelanggang olahraga) di jakarta utara.
Untuk olahraga katanya selebihnya cuci mata.
“Udah berapa putaran kita ?” kata kinan sambil mengusap keringat yang di wajahnya.
“Baru lima, eh gua udah yah capek nih, lu lanjut sendiri aja, Ok gua tunggu lu di depan.” Jawab langit sembari menepuk bahu kinan.
Kinan pun melanjutkan larinya kalo belum sampai tujuh menurut dia belum Afdhol.
Sementara itu langit membeli dua botol air minum mineral satu buat dia dan pastinya satu lagi untuk kinan yang masih berlari.
Namun saat dia mau pergi tanpa sengaja tepat di depan matanya dia melihat gadis berhijab warna putih dengan senada kaos putih polos panjang, yang sedikit berteriak “Yaaah jatuh!?” Langit pun bergegas langsung menghampiri,
Ternyata yang dia lihat hanya sebotol aqua yang jatuh pecah. “Yaaah gua kira ada apa, yaudah nih ambil punya gua aja, itu kan juga udah pecah.”
Gadis itu sedikit heran dengan sosok laki-laki yang tiba-tiba datang dan memberikan minuman sebotol aqua kepadanya.
“Eh malah bengong ? udah ini ambil” sahut langit tangannya langsung memberikan botol minumannya dan langsung pergi.
Gadis itu masih terdiam heran sampai-sampai dia lupa mengucapkan terima kasih.
“Huuuft kelar juga ayo balik” kata kinan yang melihat sosok langit yang berdiri, memegang sebotol air mineral,
“Ayo lah lu minum dulu nih” sela langit memberikan botol minuman yang telah di minumnya setengah terlebih dahulu.
Mereka berdua pun pulang untuk mengistirahat kan tubuhnya yang sudah sangat lelah itu.
Malam ini langit kinan dan beberapa kawan-kawannya sedang nongkrong gitaran di gangan dekat rumahnya, langit yang memegang gitar langsung menyanyikan satu lagu nidji. :
Jika kau dan aku, jalanya telah berbeda haruskah kita berharap, langit kan beri jawaban,
walau hanya satu kata penuh makna, pastikan kita bisa dengarkan suara hati...
Kau dan aku, selalu untuk selamanya, kau dan aku selalu untuk bersama, kau dan aku selalu untuk selamanya.
Nidji kau dan aku
Dengan di tambah suara pukulan tam-tam dari salah satu kawan mereka, malam itu lagu yang mereka bawakan terasa sangat berenergi.
Selesai gitaran langit kinan dan kawan-kawan nya mulai asik dengan dunianya sendiri biasa teknologi gadget,
Terkecuali kinan yang memang jarang memegang gadget lama-lama. Malah dia lagi asik belajar gitar,
“Nan lu tau gak ? Pas waktu kita joging waktu itu ? “ tanya langit “Gak tau ?’’ jawab kinan datar.
“Gua ketemu cewek!” “cewek ? siapa ?” “Gak tau gua, pokoknya dia pake hijab kerudung warna putih.’’ Jelas langit
“men gini men di dunia ini ada jutaan cewek yang pake hijab warna putih, jadi gua mana tau cewek yang lu maksud itu yang mana!?”
“Yahhh pokoknya cewek ini beda deh, sama jutaan cewek yang lu maksud”
“Awakarin bawa sejadah, iyahiin aja dah” balas kinan dan langit terdiam, asam malam itu.
Langit memang bisa di bilang orang yang pelupa namun dia sangat ingat kepada orang yang dia sayang, bahkan bentuk fisiknya seperti langit yang masih mengingat jelas ada tahik lalat di atas bibir sebelah kanan gadis itu.
“Gimana gambar gua ?” tanya kinan yang habis melukis lampion bermotif batik di sampingnya, “Bagus-bagus” jawab langit matanya menyingsing memperhatikan lukisan kinan.
“Lu jangan bagus-bagus aja lu” Goda kinan tangannya sembari memeperkan kuas lukisnya ke pipi langit. “Ahhh reseh lu! Lagian nih yah pujian sama celaan itu sama aja, tergantung dari hati yang mengucap” gerutu langit langsung mengelap pipinya,
“Iyah-iyah eh kayanya kita harus beli, alat lukis lagi deh?” kata kinan kedua mata langit langsung memperhatikan, beberapa alat lukis yang sudah rusak, dan habis di gunakan.
Menjelang sore mereka berdua sedang berada di salah satu gramedia mall di jakarta,
langit yang masih memilih-milih alat lukis mulai dari kuas ke kuas dan cat air yang akan dia gunakan nanti. Sementara kinan memisahkan diri dari langit dia masih asik memilih-milih buku baru yang akan dia beli nanti, dan saat itu ada seorang gadis yang berdiri memperhatikan kinan dari belakang dan berkata
“Kok gua cari buku, penikmat hidup yang mati karena kehidupannya gak ada yah?”
kinan langsung menutup buku yang sedang dia baca dan segera menatap ke arah gadis itu, sementara gadis itu langsung melempar senyum manisnya kinan pun terkejut.
“Rana ? “ ngepaiin lu di sini ? seru kinan.
Rana adalah salah satu teman sma yang dari kelas satu sampai kelas tiga yang bareng terus sama kinan udah kaya pacar cuman bukan, cuman pas udah lulus udah agak lama gak jumpa biasa kesibukan pribadi.
“Di bilangin lagi nyari buku, karya lu” goda rana
“ah bisa aja lu, lu apa kabar ?”
tanya kinan
“Baik kok Eh tapi gua yakin kinan, suatu saat nanti buku lu penikmat hidup yang mati karena kehidupannya itu akan ada di toko buku.” kata rana dengan lembut keduanya pun langsung tersenyum,
Kinan memang salah satu penulis amatir yang masih aktif menulis tentang cerpen, kehidupan, sosial, konspirasi, inspirasi, dan cinta pastinya, di beberapa media sosial mulai dari blog, tumblr, wattped, dan instagram, karena buat kinan menulis adalah salah satu cara agar dia tidak di lupakan, dan bisa merubah pandangan manusia untuk sekarang dan masa depan, dan masih banyak lagi definisinya kalo menurut kinan ribet pokoknya.
Di sela-sela perbincangan mereka langit datang, dengan membawa kantung plastik yang sudah berisi alat lukisnya.
“Ayo nan udah selesai gua nih!?” tegur langit gadis itu pun langsung terkejut saat melihat sosok langit, yang ternyata dialah laki-laki yang sudah memberikan sebotol air putih mineral kepadanya waktu itu.
“Oh iyah ini teman gua langit,” kata kinan memperkenal kan sahabatnya kepada rana,
“Langit” “rana”
mereka berdua pun saling berkenalan, walaupun sudah pernah ketemu sebelumnya.
"Yaudah yuk cari tempat lain aja buat ngobrol-ngobrol,” usul kinan “Boleh gua juga masih bisa sejam lagi kok” jawab rana melihat jam rolex berwarna putih di tangan kanannya.
Lebih dalam ☕
“Gimana kuliah lu ? Lancar ?” kata kinan memecah hening, sambil meminum secangkir kopi tubruknya, “Lancar, kok lu masih suka ngelukis nan ?” jawab rana
“masih yah ini gua sama langit, kalo kita lagi pengen ngelukis pasti selalu berdua.”
Jelas kinan
“udah kaya pacarannya aja berdua mulu!?” goda rana mereka bertiga pun saling tertawa geli merasa aneh padahal baru ketemu tapi udah bisa seakrab ini, terutama untuk langit,
Kinan undur diri untuk pergi ke toilet memenuhi panggilan alamnya meninggalkan langit dan rana berdua di coffeshop.
“Langit...” panggil rana lembut,
“iyah ada apa ?” tanya langit “makasih yah, buat botol aquanya yang waktu itu, masih ingatkan ?” “Ouh iyah!? Iyah sama-sama” kata langit senyum
"Gak nyangka yah kita bisa ketemu disini”
“iyah kalo kata kinan mungkin, ini yang namanya konspirasi”
"Hehehe mungkin, eh kinan mana yah gua udah harus balik nih!?” kata rana yang sudah berdiri sembari merapihkan hijab berwarna merah marunya,
Dengan fannel merah dan celana jeans putih. Sementara itu mata langit tak henti merekam memperhatikan gerak-gerik rana, yang terlihat
S L L O o o o m o t i o n...
Lambaaaaaaaat
Tak lama kinan pun datang, membuyarkan suasana dan imaji langit
"Nan gua udah harus cabut nih sorry duluaan yah,“ pamit rana
"yaudah hati-hati, udah mau isya juga, salam buat nyokap bokap di rumah.!?” Balas kinan
“iyah seeyou langit, kinan,” kata rana dengan manja sembari melambaikan tangannya.
2 minggu berlalu
Kepergian kinan untuk pergi ke gunung gede parorango tidak membuat hari-hari langit menjadi sepi, bahkan menjadi lebih berbunga-bunga dan berwarna warni.
Hari ini rana minta di temani langit untuk berbelanja keperluan tugas kampus, karna rana mengambil jurusan broadcasting jadi harus beri beberapa perlatannya,
Biasanya kinan yang menemani karna dari dulu buat rana kalo pergi kemana-mana enaknya sama kinan.
“Hai langit...” panggil rana dari jarak 4 meter dan sesosok tubuh dengan paras Ve member jkt48 dengan tinggi badan seperti adinda thomas berada di depan matanya.
Cuman yang ini pake hijab warna abu-abu bermotif bunga lili dan baju clove blouse warna putih dengan celana jeans biru. Fashion hijab yang lagi hits, dan otak langit langsung mengirim sinyal ke tuannya, sinyal indah lagunya.
Nidji bila bersama mu ;
Tatap mata tak sengaja
Buat hati tak menentu,
bila datang dari kamu.
Tak mampu menahan suara di kepala jantung meledak rasanya,
cinta datang tiba-tiba mau tak mau.
Kamu aku tetangkap situasi yang tak kenal waktu, tak kenal waktu.
Gedung tinggi halangi matahari namun kau cahayaku,
kau cahaya ku
Selalu menuntun ku untuk berbijak di bumi.
Langit bengong...
Keduanya pun pergi berjalan di area kelapa gading jakarta utara, setelah membeli peralatan tugas kampus rana.
Di kanan kiri mereka terdapat banyak outlet makanan, coffeshop, sampai babershop. Langit dan rana ber hahahihi sepanjang jalan tanpa basa basi lagi mulai makan eskrim bareng, namun tiba-tiba rana berhenti mukanya merintih menahan sakit di dadanya, tangannya memegang kencang tepat di bagian yang sakit itu.
“Lu kenapa ?” tanya langit
“Emmmm gak papah kok, mungkin karna gua belum makan nasi aja,” jawab rana nyengir, langit bingung wajahnya terlihat kikuk, dan membatin
“Aneh ? biasanya kan orang kalo sakit, di mana-mana kalo yang di pegang itu, pasti letak rasa sakitnya di situ, ini kenapa yang sakit dada, malah perut yang leper ? Aneh ? Ah ?Ah tapi biariinlah” Langit kacau sendiri.
🍛
Karena katanya rana laper langit pun mengajak rana untuk mengisi perutnya di salah satu pecel ayam goreng, yang paling enak.
“Sayurannya kenapa gak di makan ?” ujar langit sambil mengelap mulutnya yang habis makan,
“Enggak suka sayur!?” jawab rana seketika langit langsung mengambil piring rana dan memakan sisa sayuran yang tidak di makan rana tadi.
“Kok di makan ?” kata rana dengan heran menyingsingkan kedua alisnya,
"Mulai sekarang makanan yang gak lu suka, jadi makanan favforit gue. “Hehehe” balas rana tertawa kecil.
dan semenjak hari itu mereka berdua jadi lebih dekat, sedekat rana menatap langit.
Rumah langit di ruang lukis
"Senyuuum,” kata rana sambil memfoto langit dengan kamera Nikon dslrnya yang sedang asik melukis,
“Kinan kapan dateng yah ? gue kangen,” kata rana lagi, sambil melihat hasil fotonya.
“Mungkin minggu ini” jawab langit yang masih asik melukis,
“Eemmm gak asik yah kalo gak ada dia, kaya ada yang kurang.” Sungut rana.
“Hehehe namanya juga kinan, walaupun dia lebih muda dari gua, tapi dia pernah ngajarin gua satu hal” balas langit
“hal apa ?” tanya rana penasaran yang langsung melihat ke arah langit,
“Belajar selalu jadi seseroang, yang bisa membuat orang lain bernafas lebih lega, karena....” saat langit mau melanjutkan perkataannya tiba-tiba rana juga ikut berkata “ada kita di situ”
Langit dan rana saling bertatapan, karena mengalami deja’vu seperti ini. Keduanya pun tersenyum...
Dan seperti biasa manusia mereka langsung ber “high fivs” ria atas deja’vu yang terjadi barusan, langit seneng banget...
seneng banget, rana juga seneng.
Jakarta, malam hari 🌂
Pukul 20:46 daun-daun bulir-bulir air yang melekat sehabis hujan menyambut langit dan rana yang mampir ke taman soerapati, untuk duduk ngopi santai sehabis nonton film tenggelam nya kapal vander wic’k. Lampu taman yang kekuningan membuat suasana semakin merona dan membuat pantulan yang indah di mata mereka,
Sepasukan bintang pun menyambut melihat langit hitam yang jernih di malam sehabis hujan ini, bau tanah basah hinggap saat di penciuman mereka untuk pertama kali.
“Enak yah jadi langit gak pernah sendirian,” kata rana memecah hening,
“Enggak juga kadang dia sendirian, di tinggal bulan, bintang matahari,” balas langit matanya sesakali melihat rana yang masih asik menikmati tatasurya
"Kalo udah di tinggal gitu, dia sedih gak yah ?”
“Sedihlah namanya juga di tinggalin, apa lagi pas lagi sayang-sayangnya” goda langit,
Rana langsung menonjok bahunya dengan lembut dan berkata
"Apasiih baper !?” “gara-gara nonton film tadi nih.”
“aturan tadi kita nontonnya film action yah, biar lo gak baper!?” kata rana berkata pelan.
Pukul 21:40 langit mengantar rana kembali pulang ke rumahnya, dengan motor beat tahun 2010 warna hitam, dari sepion belakang langit melihat rana yang agak kedinginan karena sehabis hujan dan dia memberhentikan motornya.
“Ko berhenti ? kenapa ?” tanya rana “gak papah, pake jaket gua nih, dingin kan nanti lu masuk angin” jawab langit langsung membuka jaket denimnya dan memberikan ke rana,
“Tapi lu nanti juga ke dinginan gimana ?” tanya rana lagi
“Udah gak papah, udah biasa” ujar langit dengan sedikit senyum, “makasih langit,’’
mata rana menatap mata langit.
Langit pun kembali menyalakan sepeda motornya sepanjang perjalanan pulang tubuh rana merasa hangat, hangat yang belum pernah di rasakanya,
Sepilas bau parfum pria bercampur sedikit bau keringat khas laki-laki memenuhi penciumannya.
Rana tersenyum sendiri dan membatin “adegan kaya gini paling sering ada di film-film, seseorang cowok ngasih jaketnya ke sang cewek untuk di pakai, lambang pelindung, superioritas, dan ke essential-lan laki-laki yang lebih tegar dari wanita, sekaligus lambang kelembutan wanita yang akan memancarkan aura-aura dengan keindahan tak terhingga yang harus laki-laki jaga dan lindungi. Dulu gue sering banget meraba-raba dan mengartikannya, tapi sekarang gue ngerasaain sendiri rasanya beda banget...’’
Dan tanpa sadar tangan rana memeluk langit di sepanjang perjalan langit pun mengetahui cuman dia hanya pura-pura gak tau. Biar adegan ini bisa terus berlanjut padahal dia lagi di bikin terbang gara-gara rana.
Sementara itu di dalam sebuah gerbong kereta bogor menuju jakarta.
New 5 massage line ranabukanmemberjkt48 :
“Hari ini gue mau pergi sama langit buat beli alat kampus, gak papah kan gue pinjem temen lu ?”
“Langit ternyata orangnya asik juga,"
“Kapan pulang gue mau cerita banyak nih, kangen''
“Langit ngajakin gue nonton”
“Kalo gue jatuh cinta lagi gimana ? ‘’
Setelah membaca pesan itu, kinan hanya senyum-senyum ketawa geli sendiri dan tidak membalasnya hanya, bergumam dalam hati,
“cinta-cinta ternyata kau bisa meluluhkan dua sahabatku hanya dalam sekali tatap.”
“Oh jadi ini rumah lu” kata langit sambil melihat rumah rana yang sederhana, tapi asri
“Iyah makasih yah langit, buat semuanya” jawab rana dengan lembut,
“Iyah sama-sama” langit menjawab pelan rana pun mulai jalan menuju beranda rumahnya, langit masih memperhatikan langkah kecilnya dan membatin.
"Sekarang kah saatnya ?” semua perasaan berkecamuk tumpang tindih di hati langit, namun sebelum kaki kanan rana menempel di alas rumahnya, dengan cepat langit berlari dan memegang tangannya
“Rana!” Langit menarik nafas panjang, mulutnya menyebut nama perempuan yang sudah membuat dia melayang-layang.
Dan semuanya pun mengalir dari langit, seperti menjatuhkan rintik hujan, semua argument penuh kejujuran, yang indah tak terhingga dan bisa mengalahkan apapun pada saat ini. Chemistry-chemistry
“Gue harus jawab apa? Jawab apa ? Jawab apa ?” batin rana yang akan memasuki dunia baru hanya bisa mengangguk, dan tersenyum malu.
Atas nama cinta, kerinduan, rasa sayang, dan janji untuk saling mengerti dan memahami.
Dan
Langit mencium, kening rana.
Semua berpadu indah di tambah, lirik lagunya nidji rahasia hati ;
Ku coba merangkai kata cinta, walaupun ku bukanlah pujangga yang bisa, tuliskan kata-kata yang indah. nyatanya tak ada nyali untuk ungkapkan.
I wanna love you like the hurricane
I wanna love you like the mountain rain,
So right, so pure, so strong, and crazy for you.
Balon biru tua. 🎈
Hari melesat bagai peluru, membawa kenang yang tak bisa kembali, hubungan rana dan langit makin baik begitu juga dengan kinan sahabat sekaligus teman curhat rana.
Jakarta menuju senja di sebuah coffeshop. Filosofi kopi di Jl melawai blok m, rana dan kinan sedang asik ngobrol sembari menceritakan awal langit menyataakan cinta padanya manisss, seperti cappucino yang dia pesan saat itu.
“Yah semoga aja kita jodoh” kata rana menutup curahaan hatinya, “Amiiinnn, yah gua sih sebagai sahabat lu berdua selalu ngedukung hubungan lu” jawab kinan yang kembali meminum kopi tubruknya.
“Yaudah balik yuk nan, udah mau maghrib nih” mata rana menyingsing melihat sinar matahari yang sudah mau tenggelam, “Yaudah ayo” jawab kinan datar kduanya pun pergi meninggalkan kedai filkop (filosofi kopi) dengan sedikit curhatan isi hati.
Kopi memang teman paling ampuh untuk diskusi, bukan untuk basa-basi.
Sesampainya di rumah rana, kinan ingin mampir ke rumah rana sekaligus silahturami katanya.
Namun tepat di terasnya kinan memperhatikan rana yang ada di sampingnya tiba-tiba diam saja, kinan ingin mengetuk pintu, belum sempat mengetuk rana terburu merintih menahan rasa sakit di dadanya.
“Aduuh duuh aduh....” rana menahan sakit dada rana bergerak naik turun semakin cepat lalu rana memuntahkan darah.
“Rana lu kenapa ? Rana ?” kata kinan panik langsung memegang tubuh rana yang tak lama jatuh pingsan, karena teriakan kinan ayah dan ibunya rana, langsung keluar dan kaget melihat kondisi anaknya yang jatuh di pangkuan kinan ayah rana langsung bergegas membawa rana ke rumah sakit terdekat.
Semuannya nampak putih, dinding, lantai, ordeng, kasur, dan bau obat-obat yang rana sangat tidak suka, rana sudah tau tempat ini dimana rumah sakit.
Tak lama dengan mata yang sayup-sayup rana melihat sosok ayah dan ibunya, yang datang menghampiri yang langsung duduk di sebelahnya setelah mengurus data-data.
“Kamu udah sadar” kata ibu rana dengan lembut, tangannya sembari mengelus kepala putri semata wayangnya itu. Rana hanya tersenyum dan mengangguk,
“Kamu nanti harus makan yah,”
“Iyah mah, kinan kemana ?” jawab rana,
“Dia pulang dulu katanya, ganti baju, dia yang udah bawa kamu kesini tadi.” jawab laki-laki berkumis hitam yang agak tebal dengan kaca mata.
Pak herry ayah rana,
sementara rana kembali diam mencoba mengingat semuanya, ternyata dia baru ingat saat dia pinggsan dia tak sengaja telah memuntah kan darah ke arah baju kinan yang merangkul tubuhnya pada saat itu, dan rana tau kalo kinan itu gak suka bau yang amis termaksud darah.
Pukul sebelas siang, handphone nya berdering, langit mengerutkan kening
“Hallo rana ? bisa telpon nanti aku lagi kerja”
“langit,” suara rana begitu lemah, berbisik
“aku masuk rumah sakit.”
“Hah ? Kok bisa kamu kenapa ? Bukan jantung mu kan ?” jawab langit dengan panik
“Jantungku sayang.” Suara lemah itu mengibakan. Di dekat belahan dada rana, memiliki bekas jahitan operasi saat masih smp. Langit sering menyentuh bekas jahitan tersebut dan berkata,
“Kalo ada apa-apa dengan jantung ini, aku rela memberikan jantung ku, untuk kamu bernafas.” Sulit di percaya kalau rayuan metaforis itu harus menjadi kenyataan.
“Ada apa ? Apa kata dokter?
“Jantungku, katanya, aku mencintai mu terlalu dalam.” Terdengar rana tertawa kecil.
“Reseh dasar!? aku akan secepatnya kesana tunggu aku,” pembicaraan berhenti sampai di sana, meninggalkan rasa cemas di jantung langit.
Tiga jam kemudian di kantin rumah sakit sehabis jenguk rana, langit dan kinan sedang berbincang-bincang soal rana.
“Lu yakin mau ngelakuiin ini?” tanya kinan sehabis menyeruput kopinya. “Kalo gak ada para pendonor lagi, mau gak mau” jawab langit tak yakin
“Semoga aja adalah”
"amiiinn”
"Lu juga harus pikirin semuanya gak bagus ngambil keputusan buru-buru.’’
Dengan mantap kinan sembari menepuk bahu sahabatnya.
Rana mengidap penyakit jantung sejak lama di tambah dengan kondisi tubuhnya yang mudah lelah dia juga jarang untuk cek-up, cuci darah Karena dia percaya semua makhluk pasti akan mati.
Jadi buat apa lapor diri karena kebandelan rana kini penyakit jantungnya makin parah, dan hanya ada dua kemungkinan donor jantung atau mati.
“Hey dari mana aja” tanya rana kepada dua lelaki yang dia sayang, “Abis makan tadi” jawab langit “curang gak ngajak-ngajak, kan bosen makan-makanan rumah sakit terus” rana manyun,
“Iyah nanti gua bawain bubur ayam cikini, ke sukaan lu” jawab kinan yang langsung duduk di atas kasur, “Yeeeehh bener yah, kalo bohong gue cubit loh nan”
“aduuuh-duuuh sakit”
“yeeey belum juga di cubit” kata rana sambil menonjok manja bahu kinan, “Tau luh” sahut langit.
Mereka bertiga pun kembali ngobrol bareng kaya dulu, cuman sekarang nongkrong nya di rumah sakit, jagaiin rana.
Memang cubitan rana itu paling sakit pake banget karena dia mencubitnya pake kuku gila untung cantik.
Kaya ve member jkt 48 yang putih, mulus, cantik, manis, pipinya merah kalobkata kinan, tapi memang iyah sih teman sma kuliahnya aja pada setuju kalo rana itu mirip.
Rana juga memang paling jago menyembunyikan perasannya, terutama soal penyakitnya ini cuman orang-orang tertentu yang tau namanya juga cewek.
Keesokan harinya langit pun masih setia, menemani rana di rumah sakit hingga menyuapi makan siang makanan yang tak enak, menurut rana itu tanpa sadar di lahapnya sampai habis.
“Yeeey abis juga katanya gak enak” goda langit
“Tau tiba-tiba kalo di suapin sama kamu, jadi enak” jawab rana memberikan senyum simpulnya, tangan kanan langit meng genggam tangan rana tangannya terasa hangat, mereka berdua membisu saling memandangi penuh arti mengagumi setiap ke indahan cinta yang ada.
“Aku ingin kamu lukis” rana mendesis pelan “kamu ?” tanya langit masih menggenggam tangan rana.
"Iyah kenapa kamu gak mau ? Aku terlalu jelek untuk kamu lukis yah ?” “Engga bukan maksud aku begitu, aku kan belum bilang aku mau apa enggak?” jelas langit
“Jadi gimana mau apa enggak?” tanya rana pada kekasihnya itu “Heeeemmmm, iyah aku mau” jawab langit sembari mencium tangan rana
"Tapi aku mau kamu bikinin wajah akunya kaya karikartun gitu, kaya peri bisa ? Kaya peri? “ mata indah rana mampu mengiyakan langit, “akan aku coba,”
“Janji ?”
“iyah janji”
*think* kelingking mereka pun, saling memeluk erat.
Jakarta menuju sore.
“Kondisi kamu bagus, banyak-banyak minum air putih, jangan mikirin yang tidak-tidak yah rana.” Kata dokter setelah memeriksa keadaan rana.
“Iyah dok,” jawab rana dengan senyum memaksa
“Pak herry bisa kita bicara sebentar” ajak dokter
"iyah baik dok” di balik tirai ruangan rana mendengar desas desus, dokter yang berkata bahwa rana harus secepatnya mendapatkan pendonor, rana menarik nafas dan mengeluarkan nya lagi memejamkan matanya membatin.
“Yah tuhan... Kenapa aku jadi takut akan kematian, saat aku telah di pertemukan dengan seseorang, yang mampu membuat ku merasa lebih hidup.”
Pikiran rana kacau gak karuan hingga dia melamun, tak mendengar kinan yang datang dengan anak kecil yang juga di rawat di rumah sakit, memakai Selayar merah yang menutupi kepalanya, sambil membawa balon gas warna biru tua di tangannya.
"Rana... Woy... Rana !?” sahut kinan “Eh elu nan ama siapa ? “Ini aksa namanya dia katanya mau ketemu lu”?
Kata kinan memperkenalkan anak kecil itu senyum, “Ini balonya untuk kakak, tapi kakak tulis harapan kakak dulu di sini” aksa menunjukan kertas yang telah terikat di balon gasnya, rana pun menuliskan harapanya di kertas itu, kemudian aksa mengambil balon gasnya dan meminta kinan untuk membuka kan jendela kamar rumah sakit,
"Ka tolong bukaiin jendelanya, aku mau terbangin harapan ini” kinan pun langsung membuka kan jendela kaca rumah sakit, aksa berdiri tepat di hadapannya dia mulai melepaskan balon gas warna biru tua itu ke udara, yang mulai terbang tinggi jauh ke langit sinar matahari menyorot ke arah balon itu, membuat pantulan cahaya yang menyilaukan.
Rana aksa dan kinan hanya mampu terdiam terus memperhatikan dan tersenyum tulus.
Look at the star;
Look how they shine for you
And everything you do
Thet were all yellow,
I swam across I jumped across for Oh wat a thing to do.
And it was all yellow
...
I drew a line; I drew a line for you, Oh what a to thing to do
And it was all yellow
(Codlplay yellow)
Pelukis langit. ☁⛅
Aku ingin lekas sembuh agar aku bisa terus bernafas bersama, orang yang aku cintai. -Langit wijaksana
Tertulis dengan tulus harapan rana di atas kertas bersama balon gas biru tua di angkasa,
Pukul delapan malam lewat sepuluh menit, rana di perbolehkan keluar rumah sakit hanya dalam waktu satu jam tidak lebih rencana langit untuk mengajak rana makan malam, di salah satu pameran lukisan yah hanya mereka berdua, dan kinan sebagai pembantu penyusun acara yang telah menyewa gedung serbaguna yang di disegn dengan ala pameran lukisan tentunya dengan lukisan karya mereka berdua yang di panjang di dinding-dinding gedung dengan tema alam, wallpaper warna hijau dan matras rumput sintesis tak luput alunan melodi suara burung air terjun yang telah dia download lewat you tube.
Setibanya rana di gedung, salah satu penjaga langsung menuntunnya ke pintu masuk, setelah pintu di buka rana terkejut melihat suasana di dalam gedung yang sangat menakjubkan di benaknya mata indah rana melihat sosok langit yang menggunakan. Setelan semi jas pria modern slim fit Ln99 warna hitam, sementara mata langit terkesima dengan rana yang menggunakan tampilan,
drees modern style kasual bahan katun lengan panjang berwarna putih, dengan kancing bagian depan di tambah kerah dengan sepatu convers putih. Rana terlihat mempesona menarik dan cantik malam ini.
Mereka berdua langsung duduk berhadapan memandangi satu sama lain, tak lama kinan datang dengan ala waiters dan menawarkan menu kepada rana.
“Untuk malam yang indah ini anda perempuan cantik ingin memesan apa ?” tanya kinan dengan wibawa sedikit menggoda, rana tertawa geli untuk kali ini kinan benar-benar berperan total, dengan menuliskan pesanannya rana pun langsung mengembalikan daftar menunya, “Baik terima kasih, silakan tunggu sebentar” kinan undur diri dan mencium tangan rana,
“muachh” pipi rana memerah langit berbisik dan menarik lengan kinan. “Tadi kayanya di skrip gak ada bagian ini deh !”
"Bonuss ‘’ jawab kinan santai.
Rana tertawa menggelengkan kepalanya.
sesudah menyantap hidangan langit mengajak rana berkeliling untuk melihat-lihat lukisannya, di dalam gedung persegi empat itu langit memperlihatkan satu lukisan pertamanya bersama kinan sebuah lukisan bergambar dua secangkir kopi yang mereka gambar sendiri-sendiri pada satu kanvas.
“Ini gambar pertama aku, secangkir kopi, satunya kinan” ujar langit
"Oh bagus banget, memang gak ribet kalian ngelukis nya ?” tanya rana
“Agak ribet sih makanya, waktu itu gentian aku dulu baru kinan” “eemmm gitu” rana menarik bibir tipisnya, mereka berdua terus berjalan melihat-lihat.
“Malam ini kamu cantik banget,” “Gombal” “kok gombal aku jujur rana” jelas langit, memegang tangan rana
“Aku mau nunjukiin satu lukisan lagi, ini masterpice aku” langit langsung mengajaknya ke sebuah lorong, tempat di mana lukisan itu berada yang masih di tutup kain putih, rana berdiri di depannya sementara langit siap membukannya,
"Ini dia, ini buat kamu kamu mau kan jagaiin lukisan ini buat aku rana” “iyah aku mau” jawab lembut kekasihnya itu, saat langit membuka lukisannya pandangan rana mendadak gak karuan buram putih memudar, detak jantung rana makin cepat rana duduk lemas dan tak lama jatuh pingsan.
"Rana ? Rana !? Rana....” Teriak langit panik langsung memeluk rana dengan erat.
Rumah sakit
“Semua peralatan siap.” “Siap dok” “Pendonor siap” “Sangat siap dok” “Baik kita mulai oprasi ini” di ruangan oprasi semua mulai sibuk memulai oprasi donor hati untuk rana, semua suster dan dokter bekerja keras dengan bantuan alat medis, terlihat raut wajah dokter yang serius setengah mati, keringat mulai keluar dari dahi sang suster pun mengelapi dokter dengan tisu yang sudah di siapkan.
Sementara di ruang tunggu.
wajah resah, takut terlihat jelas pada ayah ibu rana yang duduk di kursi rumah sakit.
Kinan hanya duduk di lantai ubin yang mulai menguning, dan dingin tubuhnya di sandarkan pada tembok putih yang mulai terkelupas catnya dia menarik lututnya wajahnya di letakan pasrah, sementara bibir ayah dan ibu rana terus berdoa berharap oprasi nya anaknya berhasil. Langit telanjang tanpa bintang hanya ada sinar bulan sabit yang terang, turut menyaksikan jalannya oprasi namun sosok langit wijaksana, tak nampak pada malam itu.
Pukul 11:12 Malam
Dokter membuka pintu ruangan oprasi, ayah rana ibu dan kinan langsung berdiri dan menghampiri semua nya saling menatap penuh harap. Raut wajah lelahnya nampak jelas dia menarik nafas dan berkata : “Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, “
“Maksud dokter?” potong kinan, ibu rana langsung menunduk menahan tangis
“Lanjutkan dok” kata ayah rana mencoba tegar.
"Operasi ini berhasil, tapi rana belum bisa di temui dia butuh istirahat untuk beberapa hari” jelas dokter, ayah ibu rana kinan pun, bernafas lega karena semua berjalan dengan baik.
Apa mungkin tuhan mengizinkan kita untuk bersama ? Jika tidak biarlah, biarlah, biarlah hati dan sekelebat nafas ku hanya untuk kau saja.
Dua minggu berlalu, kini rana sudah sembuh penyakit yang selalu di takuti sudah tidak ada, namun kadang rana masih harus melakukan terapi dan cek-up dua bulan sekali untuk kelancarannya.
Rana langit kinan juga masih suka main bareng, masih suka sok tahu tentang apa aja, masih suka makan bubur bareng di cikini, nonton bareng, ngelukis bareng, sampai seketika suatu hari...
Jakarta menuju senja
Langit di jakarta terlihat biru orenge dan jingga cerah hari ini, di tambah dengan awan-awan kapas yang berbentuk lucu dengan pantulan sinar matahari yang hampir redup.
Kinan dan langit sedang duduk menikmati secangkir kopi di bibir gangan dekat rumahnya menghadap barat,
“Kesembuhan rana jadi buat gue jadi ingin lebih serius lagi sama dia” kata langit memecah sepi
“Iyahh baguslah kalo lu ada niat, buat lebih serius sama dia” jawab kinan meletakan cangkir kopinya.
“Gua mau bahagia in dia nan,” langit senyum kinan melihat wajah nya, yang baru kali ini dia lihat wajah langit cerah secerah senja yang baru saja menyapa, sekelebat hilang gelap, kinan masih diam.
“Woy bengong!?” sahut langit sembari menyeruput kopinya,
"Yah paling enggak gua harus berguna untuk orang yang gua sayang,” kata langit menatap ke depan,
"Yah buat nyokap gua, kakak-kakak gua, sahabat-sahabat gua, kalo bisa sih semuanya” tambah langit,
"Iyah itu kan memang udah tugas kita, membuat orang lain bernafas lebih lega, karena ada kita di situ.”
Jawab kinan juga menatap ke depan.
“eemmm Iyahlah, Oh iyah nan nanti main futsal lah sama anak-anak udah lama gak olah raga bereng-bareng” kata langit
“Yaudah boleh juga tuh” kinan mengiyah kan.
Dan tak lama suara adzan maghrib terdengar di telinga dua lelaki itu pun pergi meninggalkan dua cangkir kopi yang tergeletak persis seperti lukisan mereka waktu itu.
Rumah rana sehabis sholat is'ya.
Langit dan rana duduk berdua di beranda rumah dengan lampu 5wat yang cukup cerah menerangi mereka berdua.
“Kamu banyak-banyak terapi, rajin cekup, jangan terlalu cape, biar kamu bisa sehat kaya dulu lagi” suara langit lembut, tangannya membelai rambut rana yang panjang yang tak di ikat,
“Iyah pasti kok,” rana melempar senyum,
“Aku mau berangkat kerja dulu malam ini, kamu doaiin aku yah biar tuhan selalu jaga aku” pinta langit “Iyah aku selalu doaiin kamu langit, kamu semangat jangan mikirin yang enggak perlu” jawab rana tangannya menggenggam erat mereka berdua saling menatap penuh arti,
Dahi mereka pun berdekatan dan bibir mereka melebur jadi satu.
Bulan pun tersenyum manis sekali malam itu, wajah mereka berdekatan, semuanya menjadi indah sekali. Semesta di sana pun mengangguk bijak, mendoakan mensyukuri sebuah cinta yang semoga di restui.
Langit pun undur diri untuk bergegas pergi, menuju tempat kerjanya dari beranda rumahnya rana melampai, lembut menatap langit seakan penuh arti seakan melihat kekasihnya yang akan pergi jauh untuk selamanya.
Sebuah pesan dari langit.
✉
Pukul 3:42 pagi di pelabuhan jakarta utara, yang di balut dengan kesunyian di tambah dengan lampu berwarna kuning, dengan serangga yang beterbangan di atasnya.
“Kapal sandar sinyal!” sahut petugas pelabuhan yang meneriaki langit, sebagai pemegang sinyal di dermaga yang menandakan kapal telah bersandar.
“Tetttttt...! Tetttttt...! Teeetttttt...!” suara klakson besar tongkang yang tampak misterius berwarna biru tua dengan nama serasi tiga yang baru saja tiba di dermaga.
“Beeeeesssss...” suara rem kapal. “Breeeeeg... breeeg...” suara pintu kapal yang mulai terbuka, semua Abk ( anak buah kapal ) mulai bekerja mengeluarkan barang ekspor dari kapal, terlihat salah satu abk yang membawa berbagai macam mobil-mobil ekspor yang keluar dari pintu kapal.
Satu jam berlalu sisa beberapa mobil lagi yang harus di keluarkan, udara dingin mulai menggebu menusuk tubuh para abk termaksud langit, di tambah dengan bau laut suara ombak yang cukup sendu dari jauh mencoba menceritakan betapa lelahnya para abk pada malam itu.
Langit berdiri lelah, mengusap keringat yang ada di keningnya dia berjalan, menyeberangi pintu keluar barang atau mobil dari kapal yang seperti jembatan turunan, dan tanpa di ketahui tiba-tiba salah satu mobil yang tanpa pengemudi itu, turun dengan kondisi kecepatan yang agak tinggi dan menabrak langit yang tepat berada di situ.
Langit terbaring lemas, semua abk yang melihat berkumpul dan berusaha menolong langit dengan membawanya ke rumah sakit terdekat.
Pukul tiga kurang lima
Di rumah sakit dengan kondisi langit yang masih tertidur koma, sahabat, kerabat, teman kerja, dan cinta yang datang menjelang sore itu menjenguk sekaligus mendoakan langit agar segera bangkit.
Raut wajah sedih khawatir terlihat jelas di wajah kinan, dan sahabat-sahabatnya yang hanya terdiam hanya berkata-kata banyak dalam hati mencoba mengingat semua kenangan yang pernah di alami bersama, sosok langit.
Langit malam gelap dan beberapa bintang mulai datang, hanya saudara dan beberapa sahabat, tak luput sosok rana yang sudah di anggap seperti keluarga oleh kakak-kakak langit yang masih setia menemani sosok langit di situ.
Di ujung dekat jendela kinan berdiri pandangnya lurus menatap keluar, kakak laki-laki langit yang duduk di kursi ruang tunggu, yang tepat berada di depan ruangan langit, itu bercerita banyak tentang sosok adiknya yang selalu baik untuk keluarga, dan juga keponakannya itu.
Salah satu sahabat langit pun juga ada yang bercerita, tentang pengalaman, bahkan sampai yang konyol yang pernah di alaminya bersama langit. Hingga mengundang tawa dan haru di ruang tunggu.
Yang jelas malam itu semua masih tentang langit, tentang langit yang selalu ada di kehidupan mereka.
“Jangan khawatir semua ini masih tentang diri mu” batin kinan menatap langit gelap.
Enam hari masih di rumah sakit, keadaan langit yang mulai sadar kata dokter harus lebih di tingkatkan lagi, dengan cara mencegah tidak boleh, ada yang masuk lagi ke ruangan langit yang masih belum sadarkan diri ( koma ) untuk menjenguk. Di karena kan takut membawa virus atau debu yang dapat mengganggu kesadaran langit.
Pagi ini jakarta cukup cerah, langit biru di tambah awan-awan kapas yang bertebaran diatas-Nya. Kinan duduk bersama rana berdua di ruang tunggu, kinan melihat jelas mata rana yang mulai membengkak karena menangisi kekasihnya yang belum sadarkan diri.
“Lu udah sarapan nan ?” tanya rana memecah hening,
"Belum, tadi cuman ngopi doang di bawah sama anak-anak” jawab kinan “Ouh, kalo nanti mau sarapan ajak langit nan” rana senyum matanya melihat ruangan langit yang tertutup,
“Hehehe dia mah gak suka sarapan, paling nanti makan siang, makanya badannya kurus kaya gua,”
“Hehehe iyah juga sih yah dia, memang kaya gitu” rana tertawa kecil
“Hemmm...jadi kangen gue, dia yang selalu perhatian, dan selalu bilang kalo kita gak boleh menyerah sama yang namanya keadaan.” tambah rana
“iyah dia juga yang selalu ngingetiin gua buat, selalu dekat dengan tuhan, suruh sabar, dan yang paling penting berguna untuk orang lain” kata kinan melempar senyum simpulnya,
Suasana menjadi sepi, hening...
Seketika kakak perempuan langit keluar dari ruangan sebelah, yang memang sengaja di sediakan untuk menginap keluarga pasien.
“Rana ikut tante yuk, keluar kita ke minimarket”
"Oh iyah tante, nan gue tinggal dulu yah” kata rana
"Iyah kinan sebentar yah”
"iyah ran iyah juga tante, hati-hati” kinan berdiri melambaikan tangannya.
Selasa pukul 10:46 pagi
Langit biru muda tampak cerah, seperti matahari yang sedang bebas bersinar berseri di jakarta hari ini.
Di rumah sakit keluarga dan beberapa sahabat yang masih berjaga di ruangan langit yang masih dengan keadaan koma, semua nampak tenang, seperti tak ada beban di hati.
Semua tertawa tak nampak ada duka, kinan yang sedang tidak ada di situ pun juga merasakannya, betapa damainya hari ini.
Namun beberapa jam kemudian kabar tak mengenakan datang, seperti hujan yang tak wajar datang di cuaca seperti ini. Suster berlari dengan panik memberitahu ke pihak keluarga bahwa keadaan langit saat ini kritis, dokter, abang ipar dan kakak laki-laki langit datang melihat ke ruangan, bahwa tanda pendetak pun makin kritis, dokter dengan alat pendebar jantung mulai menggosok dan menempelkan ke tubuh langit, yang terpental namun tak ada respons, suara mesin makin berjalan.
Teeeettttttt.... Tiiiiiiiiiiittttttttt.....
Hingga akhirnya langit pun tiada. Hari itu pun berubah seketika menjadi hari yang sangat, sangat, sangat menyedihkan untuk kinan, sahabat dan keluarga yang di tinggalkan oleh sosok langit.
Jakarta menjelang sore
Dengan sinar matahari yang tak lagi panas, puluhan kerabat memenuhi pemakaman langit semua berdoa berharap yang maha kuasa meridhoi nya,
Nampak jelas luka, duka, kenangan, tangisan, terkumpul jadi satu haru di situ. Hingga kaki menjadi sangat berat untuk meninggalkan, bunga-bunga bertaburan indah menghiasi makam, dengan patok warna hijau yang serasi dengan rerumputan seakan menandakan, bahwa langit yang sudah membaur dengan keadaan.
Tahukah, tuhanmu selalu hidup di dalam hatimu, cinta darinya menjawab semua masalah mu...
Dia mendengar, melihat, dan selalu berfirman, perangi neraka di dalam hatimu. Damaikan jiwa mu dengan cinta dia.
Memberi yang ikhlas kepada yang butuh, bersyukurlah terus tanpa kenal waktu...
Serahkan... Ikhlaskan... Pasrahkanlah...
Hanya kepadanya cintanya adalah jawabannya, karena tuhanlah maha cinta.
Nidji-tuhan maha cinta.
Melangit. 🌁
Lima tahun berlalu kepergian langit tentu saja membuat kami merasa pilu, semenjak langit pergi kinan dan rana jadi lebih suka menatap langit, tak peduli itu cerah atau mendung karena selama langit masih ada semua akan baik-baik saja.
Sepucuk surat undangan pernikahan datang, menyapa kinan tak di sangka undangan itu berisi kabar yang sangat mengejutkan, entah kalau bagai langit.
Turut mengundang kinan dan pratner hidup.
undangan-pernikahan :
Ranalana dan Risky hermawan.
Minggu
Kinan tersenyum kecil, matanya menatap langit, yang nampak melihatnya siang itu, seketika handphone nya berbunyi ia bergegas mengangkatnya.
“Hallo” kata kinan datar
"Hallo saya dokter bambang, dari rumah sakit, saya ingin berbicara dengan anda langsung hari ini sebentar bisa?”
"Ada apa yah dok ?” kinan bingung “Ada hal yang sangat penting yang ingin saya bicarakan”
"Ok baik dok” kinan menutup teleponnya dan langsung pergi ke rumah sakit.
Rumah sakit
Di ruang dokter bambang, kinan duduk layaknya pasien yang sedang konsultasi, dokter bambang mengeluarkan berkas map rumah sakit dan sepucuk surat.
"Saya mau anda baca ini, dengan satu syarat.” Kata dokter
"syarat apa ?” tanya kinan menaikkan alisnya “Tidak boleh berkomentar” jawab dokter, kinan pun mengiyakan dan dia langsung membuka isi sepucuk surat itu matanya terkejut saat dia membaca isi surat itu.
Teruntuk kamu
seseorang yang sangat aku cintai,
Ranalana : Kalau kamu udah baca surat ini, kamu pasti akan memegang dada mu dan merasakan detak jantung ku, yang sudah aku berikan kepada mu, rasakanlah dan hitung setiap detaknya, seperti itulah aku akan selalu ada bersamamu. Menemani hari-hari mu tanpa ada jeda dan tetapi, sudah jangan khawatirkan aku, aku sudah dan selalu akan baik-baik saja bersama mu di jantung mu yang baru.
Tertanda langit wijaksana.
Tangan kinan menggenggam erat surat itu, air matanya menggenang tertahan, dia langsung menaruh surat di atas meja, dan menggebrak nya dokter bambang pun terkejut namun sudah menduga ini akan terjadi.
Kinan menarik kerah dokter bambang, hingga tubuhnya ke dorong maju dari mejanya, mata kinan menatap tajam ke arahnya. “Kenapa gak bilang ? Kenapa gak bilang saat semuanya belum terjadi !! ‘’ dengan nada keras kinan meneriaki dokter ingin menjawab namun sulit bicara karena bagian lehernya agak tercekik, kinan pun melepaskannya dokter langsung duduk memperbaiki pakaiannya, sementara kinan nampak bingung, kesal kacau atas kejadian ini.
Saat suasana sudah mulai tenang dokter bambang pun angkat bicara.
“Langit yang meminta agar ini semua di rahasiakan, karena dia tahu kalau kamu tahu pasti ini semua tidak akan terjadi, dan kamu akan mencegahnya “ kata dokter bambang, kinan langsung mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
Dia menarik nafas panjang dan mengeluarkannya.
“Dia meminta agar transplantasi jantung di lakukan segera, saat rana jatuh pingsan dan kondisi paru-paru yang sudah parah dan harus di lakukan dengan cepat, demi keselamatan pasien karena tidak ada pendonor pada waktu itu, langit pun meminta saya agar di lakukan transplantasi jantung segera.“ jawab dokter bambang sambil menaikkan kaca matanya yang sedikit agak turun.
Transplantasi jantung. Jantung adalah salah satu organ tubuh manusia yang dapat di donorkan, selama seseorang masih hidup asalkan sang pendonor mendapatkan jantung pengganti, dan saat langit sedang mendonorkan jantungnya untuk rana, tak lama pihak rumah sakit mendapatkan kabar bahwa sudah mendapatkan stok jantung. Dan di situlah langit mendapatkan jantung pengganti.
Dan semenjak saat itu keadaan rana pun mulai membaik dan memiliki kesempatan bertahan hidup.
Namun lain hal dengan langit yang mungkin terlalu capek dan kondisi jantung yang belum mampu untuk beradaptasi, hingga akhirnya terjadi penolakan jantung dan meyebabkan kematian.
Pernikahan ranalana
Minggu sore di salah satu gedung serbaguna acara pernikahan rana, kinan mulai memasuki ruangan terlihat jelas dua pengantin yang sedang berbahagia, rana pun langsung menoleh kan wajahnya ke sahabat nya itu,
senyum sumringah pada wajah rana, kinan pun langsung menghampiri.
"Lu cantik banget hari ini ‘’ kinan senyum
“Baru kali ini gua dengar lu muji gua dengan tulus, “ rana melemparkan senyum simpulnya, suami rana Ricky hermawan menatap kinan risih tapi dia harus menerima kalo kinan adalah sahabatnya rana.
"Aku ingin ngomong sama kamu, berdua, aku tunggu di lantai 2 di atas “ kinan berbisik pada rana yang membuat ricky Hermawan bertanya-tanya?
Di lantai 2
Terlihat sudah mulai sepi para tamu hanya tinggal, panitia pernikahan dan saudara-saudara rana yang masih berada di lantai bawah. Kinan memegang surat dari langit di tambah kado pernikahan yang akan di berikannya, dan berkas dari dokter bambang yang kemarin dia temui, dari anak tangga dia melihat sosok rana yang mulai menaiki anak tangga untuk menemuinya gaun indah berwarna putih yang panjang itu dia angkat selutut dengan manik-manik ala berlian itu membuat rana tampak mempesona.
Hingga kinan larut dalam lagunya
Flightless brid american mout.
I was a quick – wet boy
Diving to depp for coins,
All of your street light eyes wide on my plaetic toys.
They when the cops closed the fair. I cut my long baby hair stole me a dog-eared map and for you everywhere,
Have i found you ? Flightless brid. Jealous, weeping or lost you ? American mout big pil loming.
“Hay ?” kata rana kinan hanya senyum dan suasana menjadi hening untuk beberapa detik,
“Ada sesuatu yang harus gua sampaikan sama lu” kinan memecah hening pandangan matanya ke bawah melihat kesibukan di lantai satu.
“Apa ?” tanya rana yang sama melihat ke bawah
“Ini ada pesan dari langit,” kinan langsung menyerahkan sepucuk surat berkas dan salah satu bingkai yang di bungkus dengan kertas kado, kepada rana
"Dari langit ? ‘’ rana terkejut seakan ingatan tentang langit kembali terjun masuk ke dalam otaknya.
“Dia meninggalkan pesan dan kado itu untuk lu, seseorang yang paling berharga dalam hidupnya” kinan menatap rana dalam-dalam hingga rana menatapnya balik air mata yang mulai menggenang terlihat di pelupuk matanya yang membuat rana menjadi bisu sesaat.
“Gua pergi dulu, udah malam lu juga harus istirahat, jaga kesehatan lu, jaga baik-baik jantung lu” kata kinan tangan nya tak kuasa mengusap pipi rana yang merona, air matanya pun tumpah membasahi pipi merah meronanya kinan mengusapnya dengan lembut hangat, seakan-akan langit yang sedang mengusapnya sekilas wajah kinan berubah tampak jelas menjadi wajah langit di mata rana yang terkejut tak percaya melihat fatamorgana ini.
Kinan pun undur diri melemparkan senyum simpulnya sedangkan rana masih berdiri seakan kakinya terpaku, menangis penuh haru.
🍃🌃
Setelah selesai acara pesta pernikahan, rana berdiri di beranda rumahnya dan membaca surat dari langit, tak kuasa dia pun menangis menutup mulutnya tak hanya itu dia juga langsung membuka kado dari langit yang tak di sangka itu adalah lukisan yang di buat oleh langit atas permintaan rana, saat dia masih terbaring di rumah sakit,
lukisan yang akan di tunjukan saat makan malam di salah satu gedung yang bertema pameran kala itu. Tangisan rana yang tersedu-sedu haru rana tambah menjadi-jadi air mata mulai mengucur deras, waktu seakan membawanya ke 5 tahun lalu rana rela menghabiskan malam pertamanya, berjam-jam hanya untuk mengupas kenangannya bersama sosok langit di beranda rumahnya, bukan dengan sosok ricky hermawan sang pasangan pengantin yang baru beberapa jam di nikahinya.
Semua berakhir selesai menatap langit yang gelap tanpa bintang namun terang karena sinar bulan, dan pelajaran yang mereka dapat bahwa setiap manusia mendapatkan sesuatu dari manusia lain.
Manusia melepaskan sesuatu dari manusia lain. Manusia menjadi manusia karena manusia lain, atau mungkin ada manusia menjadi manusia kembali karena manusia lain.
Dan semua larut dalam alunan lagu
Caty parry at thousand years :
Heart beats fast colours and promises how to be brave ?
How can i love wheb i’m afraid to fall ? But watching you stand alone, all of my doubt suddenly goes away somehow,
One step closer
I have died every day waiting for you darling, don’t be afraid
I have loved you for a thousand years. I have loved you for a thousand years
I’ii love you for a thousand more.