Selasa, 11 April 2017

Nona Teh.

Nona teh,

Bogor, Jawab barat 02 agustus 2016.

                          🍵

Ini tehnya non...
Ini tehnya non...
Ini tehnya non...
                        
Sudah 2 minggu aku disini, mendengar pembantu itu menyajikan teh, sehari tiga kali untuk nyonya besar pemilik rumah, sekaligus pemilik kebun teh.
Dia mulai menakar gula dengan sendok kecil, lalu dia aduk hingga larut gula bersama tehnya, kepulan hasap nya pun mulai bertebaran.

“Kinan sini minum teh, dengan nenek”
Sahutnya. Aku pun pergi untuk duduk bersebelahan dengannya, aku duduk di bangku yang cukup tua, yang di buat dengan kayu jati,

“Coba kamu minum”
Kata nenek, sembari memberikan, secangkir teh untuk ku. Aku pun mulai meminum nya, seseruput air teh itu mulai masuk, membasahi tenggorokan ku, dia mengalir

Hangat...

                        🍵

“Bagaimana? Nikmat ?”
Jawabnya dengan senyum,
“Iyah,”
Jawab ku dengan sedikit senyum tipis.
“Besok pagi ikut nenek, memetik daun teh kamu mau ?”
“Besok pagi ? Iyah deh aku mau nek”
Jawab ku, sambil menganggukan kepala.
Kami berdua pun saling menghabiskan teh itu, dengan bertukar cerita dan suara alam, tak luput kabut yang sedang datang malam itu.

                          🍵

Ke esokkan hari nya, tepat pukul 06:40 aku dan nenek sudah berada di kebun teh,
Topi petani dan ranjang tempat teh dia kenakan, layak nya petani teh lainya,
Matahari pagi pun tersenyum cerah, sinar nya dengan manja menyentuh tubuh kami berdua.

“Teh terbaik itu ada, di pucuk nya” Kata nenek, Ia memberikan pucuk itu kepada ku, Aku lihat tak ada bedanya semua warna nya hijau, kekuningan, di daun pucuk itu sama dengan di daun teh, yang di tengah atau di paling bawah.

                          🍵

“Namun kita juga tidak boleh, mengabaikan bagian daun yang di bawah,”
Saat nenek bilang seperti itu, mata Ku dengan cepat langsung melihat, bagian daun yang di bawah,
Agak sedikit kotor memang, karena dia berbaur dengan tanah, cacing dan tak luput ulat bulu, yang juga kadang memakan nya.

"Emang kenapa nek ?”
Jawab Ku,
"Karena tanpa mereka, pucuk tak akan ada”
Jawabnya dengan senyuman yang manis,

Hari demi hari berlalu, aku jadi semakin tahu sedikit-demi sedikit tentang teh,
Dari pemetikan, dan peroses pengolahan yang di sangrai atau di panaskan dengan uap,
Untuk bisa menghasilkan teh yang berkualitas.

                          🍵

Belum lagi kata nenek : “ Teh itu, dapat membuat hidup kita menjadi seimbang,”

Entah itu perihal negatif atau positif, semua nya akan larut. Saat kau memejamkan mata dan mulai meminum nya,
dengan perlahan untuk mendapatkan kesegaran, atau kenikmatan.

                         🍵

Hingga akhir nya kau merasa tenang,
           
Mungkin seperti itu cara tuhan bekerja, dengan tenang dan ia selalu mendengarkan, suara rintih setiap doa dari manusia.
Dan pada akhir nya, di waktu, dan di saat yang tepat.
Doa itu akan di jabah di kabulkanya.

                          🍵

Seperti air teh hangat, yang baru turun membasahi kerongkongan mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar